首页 > 时尚
Romantisme yang Tak Lekang oleh Waktu di Tangan Tiga Desainer
发布日期:2025-05-27 20:47:54
浏览次数:520
Daftar Isi
  • 'RED and LOVE' Andreas Odang
  • 'Floral Affair' Chossy Latu
  • 'Moonchild' Eridani
Jakarta,quickq加速永久免费 CNN Indonesia--

Desainer Andreas Odang, Chossy Latu dan Eridani menerjemahkan nuansa mewah dan romantis yang tak lengkang oleh waktu di panggung Jakarta Fashion Week(JFW) 2025.

Romantisme yang Tak Lekang oleh Waktu di Tangan Tiga Desainer

Semarak pembukaan JFW 2025 dilanjutkan oleh Andreas Odang, Chossy Latu, dan Eridani. Desainer yang tergabung dalam Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) menampilkan karya di bawah bendera InterContinental Jakarta Pondok Indah pada Senin (21/10) di Pondok Indah Mall 3, Jakarta Selatan.

Ketiganya memperlihatkan kreativitas dan kepiawaian dalam mendandani wanita.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilihan Redaksi
  • Dari Gelap Menuju Terang, Mahija dan Hian Tjen Tutup Gelaran JFW 2024
  • Gaya Lebih 'Hidup' Dengan Aksesori
  • JFW 2025 Dibuka, Angkat Perpaduan Tradisi dan Inovasi

Koleksi bertajuk 'RED and LOVE' ini memang terinspirasi dari couture1950-an di mana pada era ini bertabur ikon fesyen seperti Audrey Hepburn, Grace Kelly, dan Marilyn Monroe.

Terdapat A line dress, long dressdengan atasan korset, juga asymmetrical dress. Busana memang nyaris tanpa dekorasi berarti. Namun, di sini tangan Andreas yang 'berbicara'.

Bahan satin duchess, sifon, dan organdi tissuediolah sedemikian rupa sehingga tercipta konstruksi desain yang elegan. Lekukan, lipatan yang dinamis mampu membuat kain-kain ini 'hidup' sekaligus memamerkan karakter pemakainya.

Suasana berubah saat gaun-gaun pernikahan serba putih muncul diiringi lagu "Bunda" milik Melly Goeslaw. Buat Andreas Odang, lagu ini mampu mewakili ibu melepas putrinya untuk mengarungi bahtera pernikahan.

"Momen paling emosional dari seremoni pernikahan adalah ketika Ibu melepaskan putrinya untuk berlayar dengan keluarganya yang baru," ujar Andreas.

'Floral Affair' Chossy Latu

Chossy Latu menuangkan kembang-kembang dalam koleksi bertajuk 'Floral Affair'.Pertunjukan koleksi busana Chossy Latu di Jakarta Fashion Week 2025. (Jakarta Fashion Week / Dandy Hendrata)

Sejak dulu, Chossy Latu selalu mencintai batik dengan motif kembang. Bukan tanpa alasan, kecintaannya dengan batik muncul berkat pengalamannya bekerja sebagai house designer rumah batik Iwan Tirta.

Chossy menampilkan ansambel warna serba cerah ceria bak bunga-bunga di musim semi. Ada pun warna kuning, oranye, merah, gold, krem, pink, biru muda mampu memanjakan mata. Warna-warna ini dituang dalam siluet beragam, termasuk midi dress, celana, outer, dan mini dress.

Pilihan material kain pun tak sembarang, sebab menurut dia, keindahan batik harus ditransformasi dengan indah.

Lihat Juga :
Kebaya dalam Mesin Waktu dari Abad 16 dan Kekinian

"Saya pakai bahan natural seperti sutera, dipadu organza, sifon. Batik tulis hanya bisa di atas bahan natural. Polyester tidak bisa," kata Chossy, dalam konferensi pers jelang pertunjukan.

Yang menarik dari koleksinya, Chossy mampu menghadirkan batik tanpa kesan usang dan kuno. Motif kembang berukuran besar nyatanya mampu hadir tanpa kesan memprovokasi.

Selain itu, siluet-siluetnya pun terlihat modern, terlebih permainan padu padan material yang ciamik.

'Moonchild' Eridani

Eridani lewat jenama Eri menampilkan koleksi 'Moonchild' sebagai hasil perenungannya akan siklus bulan.Koleksi 'Moonchild' karya Eridani dipamerkan di panggung Jakarta Fashion Week 2025, Senin (21/10). (Jakarta Fashion Week / Dandy Hendrata)

Koleksi 'Moonchild' besutan jenama Eri jadi hasil perenungan desainer Eridani. Bulan memiliki fasenya dan tiap fase mampu memberikan pengaruh berbeda pada gelombang dan gravitasi serta emosi manusia.

Sebanyak 12 look evening dressmempresentasikan siklus bulan lewat warna hitam, emas, pink pucat, dan putih. Gaun-gaun hadir tak melulu dalam siluet terusan yang membosankan. Eridani memadukannya dengan outerberupa coatdan blazer.

Busana semakin berkarakter berkat pemilihan bahan yang 'tak biasa' seperti, jacquard, sutera, satin, velvet, dan organza.

Dinamika emosi dari koleksi ini begitu terasa tak hanya lewat warna, tapi juga lekukan pada busana. Pada gaun berwarna putih memiliki siluet lurus dengan ekor cukup panjang seolah menggambarkan bulan di fase paling terang dan membebaskan malam dari kegelapan.

Semakin lama, ada fase di mana bulan tak terlihat dan langit gelap digambarkan dengan gaun hitam lengan panjang, juga gaun dengan luaran berupa mantel panjang.

(asr)
上一篇:Makan Nasi Putih Panas Bikin Gula Darah Melonjak, Benarkah?
下一篇:CT Resmikan Klinik Trans Medical Cibubur, Siap Layani Pasien Umum
相关文章