发布时间:2025-05-28 01:39:33 来源:quickq官网下载苹果手机 作者:焦点
Ada masanya di mana revolusi modemuncul dari bentuk, fungsi, bahkan panjang keliman. Namun, rumah mode asal Jepang CFCL (Clothing for Contemporary Life) tampaknya menemukan inovasi yang tak biasa.
Pada gelaran Paris Fashion Week, CFCL hadir memperlihatkan inovasi dari segi bahan dan teknik lewat koleksi Musim Semi/Musim Panas 2025-nya.
Dalam koleksi ini, teknologi, kerajinan tangan, dan keberlanjutan membentuk percakapan tiga arah. Ketiganya membentuk pakaian yang melampaui tren, yang sering kali hanya bertahan beberapa musim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pilihan Redaksi
|
Fitur menonjol dari koleksi ini adalah eksplorasi mendalamnya terhadap pakaian rajut sebagai media. Yusuke Takahashi memperlakukan kain bak tanah liat. Ia 'memahatnya' dengan tangan manusia dan ketepatan pemrograman komputer.
Hasilnya adalah pakaian yang terasa artistik namun futuristik, tradisional namun progresif. Dualitas ini dilambangkan dalam kategori Flat Crease, di mana Yusuke Takahashi memadukan kesederhanaan pakaian datar yang terinspirasi dari Afrika dan Jalur Sutra dengan rajutan 3D yang modern dan mulus.
Gaun-gaun tersebut mengalir dan menggantung dengan mudah. Namun siapa sangka, gaun-gaun itu dirancang menggunakan proses yang sangat teliti dan melibatkan pemrograman keliman pakaian untuk hasil akhir yang sempurna.
Dalam seri Dyeing Chusen, koleksi tersebut menjelajah ke ranah psikedelia. Koleksi hadir dengan pola-pola berani dan hampir kaleidoskopik yang menghiasi gaun sutra Jepang dan set setelan dua potong.
![]() |
"Berbeda dengan musim sebelumnya, yang berfokus pada fungsi pakaian, yang sangat strict, sangat ketat. Kali ini saya memasukkan banyak unsur-unsur tradisional", terangnya kepada CNNIndonesia.comseusai show.
Di sini, Yusuke Takahashi menghidupkan kembali tradisi pewarnaan chusenJepang. Nama terakhir merupakan sebuah proses di mana pewarna dituangkan dalam garis-garis yang terkendali di atas kain yang dilipat. Hasilnya terlihat menarik, dengan setiap bagian memiliki pola organik yang unik.
Sementara itu, 'knikat' (permainan kata gabungan knitdan ikat) menghadirkan energi yang lebih terstruktur dan bersemangat, menyalurkan teknik tenun ikat khas Asia Tenggara ke dalam format yang modern dan ramah lingkungan.
"Karena definisi ikat mencakup penenunan. Tetapi kami hanya menggunakan teknik knit (rajut). Jadi, kami menggabungkan kata knitdan ikat," jelasnya.
Simak ulasan selengkapnya di halaman berikutnya..
Dengan menggunakan benang poliester daur ulang yang diwarnai berbagai corak yang terinspirasi dari kain tradisional negara-negara Afrika, CFCL menciptakan pengaburan batas dan warna yang menunjukkan kerumitan serat sintetis.
Penggunaan warna primer yang berani memberi kesan vitalitas pada pakaian. Namun, struktur rajutan-lah yang menambah kedalaman dan kompleksitas. Hal ini memajukan narasi Yusuke Takahashi tentang keberlanjutan tanpa mengorbankan kekayaan visual.
Lihat Juga :![]() |
Salah satu bagian koleksi yang paling rumit dan padat karya adalah seri Handwork Fringe. Seri ini memperlihatkan gaun yang dihiasi dengan ribuan rumbai yang dijalin dengan tangan. Terbuat dari poliester daur ulang monomaterial, pakaian ini menghasilkan keseimbangan sempurna antara mode kelas atas dan kepraktisan sehari-hari.
Proses yang melelahkan dalam merangkai setiap rumbai ini merupakan bukti keindahan sentuhan manusia di dunia digital, pengalaman taktil yang terasa mewah namun mudah diakses.
Mungkin contoh paling mencolok dari komitmen Yusuke Takahashi terhadap kerajinan adalah seri Crochet Patchwork. Kategori ini jauh dari desain yang dibuat komputer, dan hanya mengandalkan ketangkasan dan imajinasi tangan.
![]() |
Dengan motif organik yang muncul dari lapisan nilon transparan, hasilnya adalah koleksi yang terasa hidup, sepotong demi sepotong. Seolah-olah setiap jahitan mengandung energi pembuatnya.
Transparansi bahan nilon yang disandingkan dengan kerumitan pekerjaan rajutan menciptakan ketegangan visual yang sama avant-gardenya dengan yang berakar pada tradisi.
Pengaruh Issey Miyake cukup terlihat dari estetka rumah mode ini. Sebelumnya, Yusuke sendiri diketahui bekerja untuk Pleates Please, lini menswearIssey Miyake.
Lihat Juga :![]() |
Di saat mode sering dikritik karena dampaknya terhadap lingkungan, Yusuke Takahashi memposisikan dirinya sebagai pemimpin dalam manufaktur yang bertanggung jawab.
Dengan meminimalkan limbah melalui proses tanpa pemotongan dan menggunakan bahan daur ulang bersertifikat, dedikasi Yusuke Takahashi terhadap keberlanjutan menjadi jelas.
Sebagai perusahaan mode Jepang pertama yang menerima sertifikasi B Corp, CFCL sedang dalam perjalanan untuk mencapai penggunaan penuh GRS (Global Recycled Standard), GOTS (Global Organic Textile Standard), dan bahan berkelanjutan bersertifikat lainnya pada tahun 2030.
Sasaran mereka untuk mencapai netralitas karbon semakin menggarisbawahi komitmen tidak hanya pada estetika tetapi juga pada masa depan planet.
Dalam koleksi Musim Semi/Musim Panas 2025 CFCL, mode tidak lagi tentang keliman atau siluet terbaru. Koleksi ini berfokus pada bagaimana mendefinisikan ulang hubungan antara teknologi, tradisi, dan fesyen keberlanjutan.
相关文章
随便看看